OTO RHINO LARYNGOLOGY

Sabtu, 30 Agustus 2008

Suara Serak

Suara serak = hoarseness ?
Suara serak (hoarseness) sering digunakan untuk menggambarkan perubahan kualitas suara, mulai dari suara lemah hingga kasar. Istilah hoarseness sendiri dapat merefleksikan kelainan (abnormalitas) yang letaknya bisa di berbagai tempat di sepanjang saluran vokalis, mulai dari rongga mulut hingga paru. Meski idealnya istilah hoarseness lebih baik ditujukan untuk disfungsi laring akibat vibrasi pita suara yang abnormal.
Sebelum kita berbicara lebih lanjut mengenai hoarseness atau suara serak ini, ada baiknya terlebih dahulu memahami bagaimana suara itu diproduksi saat bicara.

Terdapat 3 fase dalam berbicara: pulmonal (paru), laringeal (lariynx), dan supraglotis/oral.
Fase pulmonal menghasilkan aliran energi dengan inflasi dan ekspulsi udara. Aktivitas ini memberikan kolom udara pada laring untuk fase laringeal. Pada fase laringeal, pita suara bervibrasi pada frekuensi tertentu untuk membentuk suara yang kemudian di modifikasi pada fase supraglotik/oral. Kata (word) terbentuk sebagai aktivitas faring (tenggorok), lidah, bibir, dan gigi. Disfungsi pada setiap stadium dapat menimbulkan perubahan suara, yang mungkin saja di interpretasikan sebagai hoarseness oleh seseorang/penderita.
Adapun perbedaan frekuensi suara dihasilkan oleh kombinasi kekuatan ekspirasi paru dan perubahan panjang, lebar, elastisitas, dan ketegangan pita suara. Otot adduktor laringeal adalah otot yang bertanggung jawab dalam memodifikasi panjang pita suara. Akibat aktivitas otot ini, kedua pita suara akan merapat (aproksimasi), dan tekanan dari udara yang bergerak menyebabkan vibrasi dari pita suara yang elastik.
Apa tanda klinis perubahan kualitas suara ?
Jika penderita mengeluh suara lemah/tertahan (damped voice), besar kemungkinan letak abnormalitas bicara (speech) tersebut adalah di fase paru atau saluran trakeobronkial (level di bawah pita suara), salah satunya akibat pergerakan paru yang terbatas, membuat suara yang keluar sulit dipersepsikan. Sedangkan jika terdapat kesulitan dalam pengucapan kata(artikulasi) atau mengalami perubahan resonansi suara seperti suara yang datang dari hidung, maka masalahnya kemungkinan berasal dari fase oral/faring. Abnormalitas dalam fase oral juga bisa menghasilkan suara muffled atau "hot potato" voice (seperti orang berbisara saat mengunyah kentang panas). Kelainan yang berasal dari fase oral dan fase paru tidak dianggap sebagai hoarseness. True hoarseness atau suara serak yang sebenarnya, berasal daro abnormalitas pada laring dan umumnya menghasilkan suara yang kasar, serak/parau (raspy voice).
Di bawah ini terdapat berbagai istilah untuk mengkarakteristikan hoarseness atau perubahan kualitas suara:
1. Disfonia: digunakan untuk menggambaran perubahan umum kualitas suara
2. Diplofonia: Menggambarkan suara yang dibentuk oleh vibrasi pita suara menghasilkan 2 frekuensi yang berbeda
3. Afonia: Terjadi jika tidak ada suara di hasilkan oleh pita suara. Ini sering terjadi sekunder terhadap tidak adanya aliran udara melalui pita suara, atau defisiensi dalam aproksimasi pita suara.
4. Stridor: Mengindikasikan bising yang dihasilkan dari saluran penapasan atas selama inspirasi dan/atau ekspirasi karena adanya obstruksi. Stridor menandai keadaan emergensi, dan tidak dipertimbangkan sebagai hoarseness. Artinya mungkin saja muncul bersamaan dengan hoarseness jika obstruksi terjadi di level pita suara.
Apa saja kategori hoarseness ?
Hoarseness dapat dibagi ke dalam 2 kategori, yaitu: onset akut dan onset kronis.
Onset akut lebih sering terjadi dan biasanya karena peradangan lokal pada laring (laringitis akut). Laringitis akut bisa disebabkan oleh infeksi viral yang pada banyak kasus dapat sembuh dengan sendirinya, dan biasanya direkomendasikan untuk istirahat berbicara, meningkatkan asupan cairan, dan humidifikasi. Jika diduga terjadi karena infeksi sekunder bakterial, dapat diberikan antibiotik. Apabila tidak ada bukti adanya infeksi, laringitis akut bisa terjadi karena bahan kimia aau iritan dari lingkungan, atau akibat penggunaan suara berlebih (voice overuse) pada penyanyi, pengajar, orator, dsb.
Onset kronis (Laringitis kronis), dapat disebabkan refluks faringeal, polip jinak, nodul pita suara, papilomatosis laring, tumor, defisit neurologis, ataupun peradangan kronis sekunder karena asap rokok atau voice abuse.
Apa penyebab hoarseness tersering ?
Laringitis akut viral
Nodul pita suara, polip, kista, papiloma
Paralisis pita suara
Hipotiroidisme
Rhinosinusitis
Kanker laring
Refluks laringofaringeal
Tindakan Intubasi
Alergi
Apa penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi suara dan menyebabkan hoarseness?
Antara lain:
Hipotirodisme
Multiple sklerosis
Rematoid artritis
Penyakit Parkinson
Lupus sistemik
Wagener's granulomatosis
Miasenia Gravis
Sarkoidosis
Amiloidosis
Bagaimana penanganan Hoarseness akibat Laringitis kronis ?
Laringitis kronis adalah peradanan umum pada laring yang sering disebabkan oleh asap rokok, voice abuse, atau refluks laringofaringeal (reluks asam yang mengakibatkan iritasi pada area glotis dan supraglotis dari laring). Suara biasanya membaik jika faktor iritan dihilangkan. Pasien dengan refluks biasanya menunjukkan gejala hoarseness kronis, batuk kronis, iritasi tenggorok, sering membuang dahak, dan sensasi globus. Gejala refluks lainnya seperti heartburn hanya dirasakan pada 50% penderita refluks laringitis. Penanganan kasus seperti ini dengan memberikan H2 blockers dan proton pump ihibitor sangat efektif. Istirahat bicara juga bermanfaat, di samping berbaring dengan posisi kepala elevasi dari bidang horisontal kasur, dan menunggu 3-4 jam setelah makan sebelum pergi tidur.

Jumat, 29 Agustus 2008

Anda mengorok? atau Sering mengalami henti napas saat tidur?

Apa itu ngorok? Apa bedanya dengan sleep apnea obstruktif (SAO)?

Ngorok atau istilah medisnya snoring adalah bunyi napas yang timbul saat tidur. Sedangkan SAO adalah henti napas saat tidur (sleep apnea) yang dapat mempengaruhi kualitas hidup dan berpotensi membahayakan jiwa. SAO lebih sebagai suatu sindroma di mana apnea timbul dalam beberapa periode. Apnea sendiri adalah terhentinya proses bernapas seseorang secara sementara dan intermiten selama 10 detik/lebih setiap periodenya. SAO timbul karena saluran napas bagian atas menyempit (oklusi) saat tidur menghasilkan beberapa episode apnea.
Akibat dari apnea, penderita sering terbangun mendadak, namun tertidur lagi saat napas kembali normal, selanjutnya kejadian yang sama terjadi berulang-ulang.

Siapa saja yang mengorok?

Pada usia 30 tahun, 20% pria dan 5% wanita mengorok. Kemudian meningkat hingga 60% dan 40% pada usia 40 tahun. Hal ini terjadi karena dengan bertambahnya usia, mukosa palatum (langit2) orofaring, dan hipofaring menjadi kurang elastik dan mudah kolaps sewaktu menghirup udara (inspirasi). mengorok juga 3 kali lebih sering terjadi pada obesitas.

Obesitas sering menyebabkan ngorok dan henti napas selama tidur karena berat leher, meningkatnya lemak di rongga parafaringeal yang mempersempit faring/tenggorok, langit-langit yang menebal, dan dasar lidah yang memadat. Ngorok dan henti napas (sleep apnea) dapat muncul seiring, meski tidak benar2 pada saat yang bersamaan. Hampir sebagian besar orang yang sleep apnea mengorok, namun orang yang mengorok belum tentu mengalami sleep apnea. Sehingga kebiasaan mengorok pada seseorang tidak dapat dijadikan landasan dalam memutskan apakah seseorang sleep apnea atau tidak.

Siapa pula yang mengalami SAO?

Lebih dari 5% populasi orang dewasa di Amerika mengalami SAO. Kebanyakan dari mereka (70% kasus) dikaitkan dengan berat badan berlebih, sisanya ternyata berat badannya normal namun terdapat kondisi seperti deviasi septum hidung, polip hidung, amandel yang besar, atau rahang yang pendek (retrognatia). Pria dianggap 2-3 kali lebih banyak mengidap SAO, sedangkan wanita kebanyakan mengalami SAO saat mencapai usia menopause. SAO juga dikaitkan dengan beberapa kondisi medis tertentu, seperti: gagal jantung.

Sebagian besar penderita SAO memiliki jaringan yang tebal atau saluran napas yang sempit. Pada keadaan di mana dua variasi anatomi tersebut muncul, keduanya akan berkombinasi menghasilkan kolaps saluran napas atas sehingga aliran udara tersumbat, ini yang disebut sleep apnea tipe perifer. Namun perlu dipahami bahwa terdapat pula sleep apnea tipe sentral, di mana saluran napas tidak tersumbat tetapi otak (sistem saraf pusat) yang gagal memberikan sinyal ke otot2 untuk bernapas. Istilah mixed sleep apnea adalah cerminan kombinasi keduanya.
Adanya desaturasi oksihemoglobin akibat terhambatnya aliran udara seringkali menyebabkan penderita yang terjaga masuk kembali ke level tidur yang dangkal, dan saluran napas kembali membuka dengan karakter suara pernapasan yang nyaring (ngorok), namun tidurnya sendiri sangat terfragmentasi serta berkualitas buruk.

Seberapa nyaring suara ngorok yang bisa dihasilkan?

Suara ngorok paling keras tercatat dialami oleh Kare Walkert of Kumla, seorang berkebangsaan Swedia, yang menderita SAO, di mana suara yang terekam di Orebro regional hospital pada 23 Mei 1993 mencapai 94 dB !!! kekerasan ngorok ini setara jeritan anak atau kereta api bawah tanah.

Apakah ngorok pada anak normal?

Ngorok dan SAO pada anak adalah tidak normal ! Penyebabnya mungkin saja simpel seperti : pilek yang menyebabkan sumbata hidung, dan pembengkakan adenoid. Atau bisa juga lebih kompleks, seperti "fasies adenoid" yaitu suatu penyumbatan hidung kronis sehingga anak selalu bernapas melalui mulut dan menyebabkan struktur bagian tengah wajah menyempit dengan gigi yang menonjol langit-langit yang meninggi, dan rahang yang tertarik ke belakang diserta tertariknya otot-otot mengunyah. Lainnya adalah abnormalitas tulang kepala-wajah (Pirre Robin syndrome). Kasus lain termasuk kista nasofaring, encefalokel, atresia koana, dan deviasi septum hidung.
Komplikasi yang bisa timbul antara lain: defisit neurokognitif, gangguan pertumbuhan, Attention Deficit/Hyperactivity Disorders (ADHD), dan hipertensi pulmonal. Hanya sayangnya gangguan tidur seperti SAO pada anak sering tidak terdeteksi atau tidak dapat dikenali. jika faktor obesitas sangat berperan pada orang dewasa, maka pada anak dengan sleep apnea cenderung berat badannya rendah dan postur tubuhnya pendek.

Apa saja keluhan atau gejala yang dirasakan pada SAO?

Yang paling sering dirasakan adalah ia merasa amat sangat mengantuk sepanjang hari (Excessive daytime sleepiness). Ia menjadi tidak mampu mengemudi, tiba2 sangat mengantuk di tengah2 percakapan, dan sering diungkapkan sebagai rasa teramat lelah atau 'fatigue', dsb. Mengingat gejala yang timbul tersebut munculnya bergradasi, sering membuat penderita tidak sadar bahwa ia mengidap gangguan tidur, artinya peristiwa tidur yang buruk dengan periode henti napas berulang tidak disadari oleh penderita.
Karena itu penting bagi pasangan/pendamping tidurnya atau anggota keluarga, teman, atau teman kerjanya untuk memahami tanda2 SAO. Besar kemungkinan saat ia tertidur akan terdengar suara napas yang tidak lazim, diantaranya:
1. Pause diantara suara napas
2. Bunyi tercekik
3. Suara berkarakter eksplosif (terbukanya saluran napas scr tiba2 setelah sumbatan total)
4. Gemeretuk gigi selama tidur

Apa saja Konsekuensi SAO pada orang dewasa?

Konsekuensi kardio-vaskuler
1. Hipertensi
2. Gagal jantung kongestif
3. Aterosklerosis
4. Atrial fibrilasi
5. Ventrikular aritmia
6. pulmonari hipertension

Konsekuensi lainnya
1. Kecelakaan lalu lintas
2. Glaukoma
3. Menurunnya libido

Kondisi2 lainnya yang dilaporkan berhubungan dengan SAO
1. Obesitas dan sindroma obesitas, seperti Prader-Willi syndrome
2. Kelainan ovari polisistik
3. Gagal ginjal
4. Hipotiroidisme
5. Sindroma Marfan's
6. Penyakit charcot-Marie-Tooth
7. Refluks gastroesofageal
8. Epilepsi yang memberat

Bagaimana menangani SAO?

Terdapat sejumlah strategi/pilihan pengobatan untuk SAO, tentu saja disesuaikan dan berdasarkan hasil evaluasi yang teliti terhadap berbagai faktor yang mungkin menjadi penyebab timbulnya SAO, mulai dari hidung hingga level saluran napas atas yang paling bawah, melalui berbagai prosedur pemeriksaan, seperti: ananmnesis, pemeriksaan fisik umum dan area kepala-leher lengkap, termasuk mendeteksi masalah jantung paru atau hipertensi, pemeriksaan flexible endoscopic (ex. Muller's manuver), prosedur dasar/basis lidah. Beberapa modalitas pemeriksaan/test juga penting dalam penanganan SAO, antara lain: The Epworth Sleepiness scale, home sleep studies, multiple sleep latency test, sleep endoscopy, ataupun polisomnografi untuk sleep study.
Adapun pilihan modal terapi yang berkembang hingga saat ini, dapat dikelompokkan ke dalam terapi dengan pendekatan medis dan bedah.
1. Pengobatan non farmakologis seperti:
- Penurunan berat badan
- Penggunaan tongue-retaining devices
- Modalitas positive airway pressure: CPAP dan BiPAP
2. Medikasi: oksigen, protriptyline, theophylline.
3. Prosedur bedah: UPPP, somnoplasti, trakeostomi.